Jumat, 29 Mei 2009

Merokok Akibatkan Kemiskinan dan Anak Kurang Gizi

Merokok merupakan salah satu penyebab orang menjadi miskin dan kekurangan gizi pada balita akibat pola anggaran yang tidak tepat.
“Saat ini pola hidup yang tidak tepat karena banyak anggaran dikeluarkan untuk membeli rokok kebanyakan berasal dari keluarga miskin,” kata Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Prof Farid Anfasa Moeloek pada diskusi terbatas tentang “Kekurangan Gizi pada Balita dan Konsumsi Rokok Keluarga Miskin,” di Jakarta, Sabtu (9/5).
Menurutnya, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat Indonesia diperparah dengan biaya langsung untuk membeli rokok pada tingkat rumah tangga atau individu dengan pengeluaran sebesar Rp325 triliun per tahun.
Bayangkan, katanya uang sebesar itu hilang percuma hanya untuk membeli rokok yang tentunya berdampak pada gangguan kesehatan dan kekurangan gizi anak-anak serta kehidupan keluarga.
Moeloek menjelaskan, bahaya rokok sudah tidak diragukan lagi. Bahkan merokok itu menimbulkan penyakit seperti kanker mulut, keguguran dan prematur bagi ibu perokok aktif dan nonaktif, asma, stroke, bau mulut atau kesehatan gigi mulut, kanker pernafasan, kanker paru serta serangan jantung.
Selama ini, katanya peraturan dari pemerintah secara tegas tidak ada yang mengatur bagi para perokok terutama anak-anak yang mudah mengisap rokok misalnya ditempat umum maupun lembaga pemasyarakatan.
“Untuk mengatur rokok ini khususnya yang berdampak pada anak-anak perlu dibuat kebijakan oleh pemerintah dan langkah nyata di lapangan,” katanya.
Sementara pejabat dari Pusat Penelitian Kajian pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Rita Damayanti mengatakan anggota keluarga yang merokok dapat mempengaruhi status gizi balita yang tinggal serumah.
Selain itu, konsumsi energi balita yang rumahnya ada merokok, lebih rendah dari pada yang di rumahnya tidak ada perokok. Sebagai akibatnya status gizi balita itu lebih rendah secara signifikan.
“Hubungan antara gizi dan rokok agar menjadi bahan advokasi bagi pemangku kebijakan,” katanya.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Dr.Arum Atmawikarta mengakui perilaku dan pola hidup sehat masyarakat masih rendah karena upaya mengurangi kebiasaan merokok belum optimal dan kesadaran gizi masih kurang disebabkan tingkat pendidikan rendah.
Kebiasaan merokok di Indonesia setiap hari bagi laki-laki sekitar 45,8 persen dan 3,0 persen perempuan, kemudian 34,3 persen penduduk berusia 25 tahun ke atas dan 29,2 persen di atas 10 tahun.
“Kebiasaan merokok ditambah pola makan yang tidak teratur dapat meningkatkan resiko diserang berbagai penyakit,” jelas dia.
Saat ini pemerintah telah menyusun draf sasaran dan arah kebijakan pembangunan pangan dan gizi 2010 - 2014 diantaranya meningkatkan aksebilitas rumah tangga miskin dan rawan pangan terhadap pangan serta efektivitas koodinasi lintas sektor ketahanan pangan dan gizi.
Sumber: Ictwomen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar